PAKAIAN ADAT SUKU TOLAKI

 PAKAIAN ADAT SUKU TOLAKI 






Sejak dahulu masyarakat Tolaki telah membuat bahan pakaian yang disebut “Kinawo” artinya bahan pakaian yang terbuat dari kulit kayu. Proses pembuatan Kinawo ini dilakukan dengan cara yang masih sangat sederhana yaitu dengan cara mengambil kulit kayu tersebut yang disebut kayu Usongi, Dalisi, Otipulu, dan wehuka, kemudian dikuliti lalu kulit kayu tersebut direbus dengan abu dapur. Selanjutnya direndam sehari, setelah cukup lembut, kemudian dipukul –pukul pada kayu bulat besar dengan batu segi empat yang pilih hingga menjadi tipis dan lebar. Proses ini disebut “Monggawo” artinya membuat Kinawo (bahan pakaian).

Apabila ditelusuri proses terciptanya bentuk (model) pakaian adat masyarakat Tolaki, dapat disimpulkan bahwa baju Kinawo itulah yang menjadi dasar yang dipakai dalam menciptakan bentuk baju (model) untuk kurun waktu selanjutnya terutama pada model baju wanita hingga saat ini.



Melalui tahapan perkembangan zaman, mulai lah dikenal tekstil sebagai bahan yang digunakan untuk bahan pakaian. Generasi terdahulu telah menciptakan pakaian dan kelengkapannya sesuai dengan kebutuhan zamannya, fungsi, tujuan, kegunaannya dan kelompok usia pemakaiannya, bahkan status sosial dari pakaiaannya. Demikian pula halnya dengan Accsoseries dan sanggul telah mengalami perubahan melalui proses waktu yang panjang sesuai tahapan perkembangan jaman. Juga perawatan rambut dan kulit / kecantikan serta tata rias dan wajah, sejak dahulu telah dikenal dan dilaksanakan meskipun pada awal usia masih dengan cara yang serba sederhana.

Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa proses terciptanya pakaian adat Tolaki / Accsesoris / sanggul, telah melalui tahapan-tahapan perkembangan, sebagai hasil daya nalar, karsa atau rasa dari hasil daya budi dari generasi terdahulu yang diwariskan higag saat ini.

 Pembagian Ragam (jenis) dan Fungsi Pakaian Adat Tolaki, Accsesories dan Sanggul

Pakaian adat Tolaki / Accsesories dan sanggul, pada saat ini umumnya dibagi menjadi tiga (tiga) bagian yaitu :

  1. Pakaian adat wanita dan kelengkapannya
  2. Pakaian adat pria dan kelengkapannya
  3. Sanggul
  • Pakaian adat wanita dan kelengkapannya terdiri :
  1. Pakaian untuk wanita dewasa / orang tua
  2. Pakaian untuk remaja
  3. Pakaian untuk pengantin
  4. Pakaian untuk anak – anak
  5. Pakaian untuk tari
  • Untuk pakaian / busana ada tyang diketengahkan pada kesempatan ini hanyalah khususanya pada / busana pengantin wanita dan pria.

 Tata Busana Pengantin Wanita dan Pria Serat kelengkapannya.

1. Busana pengantin wanita disebut : “Babu Nggawi” terdiri atas dua jenis, yaitu:

a. Babu Nggawi Lipa Hinoru : ini adalah jenis yang sejak dahulu telah dipakai oleh masyarakat Tolaki (hinoru sama dengan ditenun).

b.  Babu Nggawi Roo Mendaa : adalah jenis yang telah dikembangkan, tetapitetap mengambil model dasar tradisional.

Uraian tata cara pemakaian kedua jenis tata rias ini adalah sebagai berikut :

  1. Babu Nggawi Lipa Hinoru :
  • Bagian bawah memakai lipa hinoru motif tradisional Tolaki,
  • Bagian atas (blus) memakai baju mbinarahi, yang tidak bersambung pada bahu / lengan (lengan terusan)
  • rias sanggul / rambut yaitu : memakai perhiasan Kendari – werk (seni amas / perak Kendari), yang dapat disepuh emas atau tetap perak.
  • Adapun rias wajah sama dengan rias wajah untuk jenis “Babu Nggawi Roo Mendaa”.

b. Roo Mendaa

Roo mendaa ini adalah rok panjang  sebatas mata kaki. Rok mandaa ini tersebut dari warna, bahan baju yang sama dengan rok panjangnya diberi pleats (nempel ) pada bagian depan tengah, sedang pada bagian bawah diberi hiasan manik – manik berwarna keemasan bermotifkan khas daerah tolaki (tradisional).

Catatan :

Motif baju Nggawi berpola pada motif tradisional tolaki yaitu :

–          Motif pinetobo

–          Motif pinesowi

–          Motif pineburu mbaku

c. Perhiasan Telinga

Pada telingan tergantung anting – anting panjang (terurai) yang disebut Kumenda, Toe – Tole.

d. Perhiasan Leher

PADA leher dipakai dua macam kalung yaitu eno – eno sinolo atau kalung panjang dan eno – eno renggi atau kalung pendek.

e. Perhiasan Lengan

pada kedua lengan dipasang lengan yang terdiri dari tiga  macam gelar yaitu :

–          Bolosu atau gelar besar

–          Pipisu atau gelar berbentuk kecil – kecil

–          Poto atau gelar yang dipakai batu – batuan / permata.

f. Ikat pinggang atau salupi Nggolopua

Salupi Nggolopua ini pada bagian tengahnya berbentuk seperti kura – kura

g. Perhiasan Kaki

Perhiasan kaki dipasang O – Langge atau gelang kaki 2 buah.

Pada saat melangkah gelang kaki ini akan berbunyi.

h. Sanggul dan Accsesoris.

Sanggul adat tolaki terdiri dari beberapa macam tetapi yang digunakan untuk pengantin wanita adalah timu tinambe atau sanggul yang terbuat dari rambut asli calon pengantin.

Pada jaman dahulu sanggul ini hanya terbuat dari rambut asli calon pengantin. Tetapi pada masa sekarang ini keadaan tidak memungkinkan lagi untuk kita membuat timu tinambe dari rambut asli, maka dibutlah hairpiecedari model timu tinambe untuk lelakiu memudahkan para juru rias. Pada timu tinambe tersebut diberi beberapa macam hiasan yaitu :

  1. Towe Ndowe Melai :adalah hiasan sanggul yang menjulur panjang terurai
  2. Towe – Ndowe Menggila : adalahg hiasan sanggul sejenis pinangn goyang.
  3. Wunga – wungai  : adalah hiasan sanggul berbentuk kembang kecil mengkilat
  4. Sanggula :: sanggula ini merupakan tanaman langkah yang suda jarang sekali kita temukan.

Fungsinya adalah untuk mempercantik anggul, juga sebagai pengharum atau berfungsi sebagai parfum. Sekarang ini karena tanaman sanggula karena sangat langkah, maka bunga sanggula ini dapat diganti dengan bungamelati yang dirangkai untuk menggantikan fungsi “Bunga sanggula “ yang bentuk dan warnanya sama.

2. Tata Rias Wajah Dan Rambut

Pada umumnya pengantin wanita maupun pria biasanya di rias wajah dan rambutnya, terutama pengantin wanita. Tata rias pengantin wanita suku bangsa tolaki disebut “Meopuleo”. Meopuleo maksudnya merias wajah dan menata rambut supaya kelihatan cantik dan menarik.

Sebelum hari upacara perkawinan tiba, calon pengantin wanita telah disiapkan dengan perawatan khusus. Calon pengantin wanita tidak diperkenankan keluar rumah yang disebut “Inuanggi” atau dipinggit.

Dalam tenggang waktu pinggatan calon pengantin wanita dirawat lulur yang disebut “Bada Meeto”, masker wajah disebut “Bada Mowila”.kemudian dua hari sebelum hari perkawinan dilakukan pembersihan wajah dengan cara Mekari (Mewiwika) atau membersihkan bulu – bulu halus dan kotoran yang melengket pada muka. Kemudian rambut pinggiran muka atas dahi biasanya dirias yang disebut Meandari dengan cara menyisir rambut – rambut pendek turun menutupi bagian dahi lalu diratakan dengan pisau cukur atau gunting kira – kira 1 – 2 cm sesuai bentuk muka.

Untuk saat sekarang ini menggunting rambut bagian depan rupanya tidak sesuai lagi dengan keadaan maka untuk meandara ini diganti dengan bahan lain untuk membentuk dahi.

Selanutnyan tata rias wajah pengantin dilakukan dengan urut – urutannya sebagai berikut :

1. Mebada                                          : Memakai bedak

2. Mesila                                            : Menghitam kelopak mata

3. Shadou                                           : Memberikan bayangan mata

4. Metipa                                            : Memberikan alis dengan pensil

5. Mekamea – mea                             : Memakai lipstick

6. Meandara                                       : Membentuk dahi

7. Metirangga                                     : Memberi warana kuku (kutex) yang Bahannya terdiri dari kapur sirih lalu dioleskan pada kuku. Kemudian didiamkan beberapa lama  sesudah itu baru dibersihkan dengan air.

8. Nibura                                            : Memberikan aksen atau noktah pada dahgi bagian tengan dan kiri kanan.

Bahannya tersebut dari kapur sirih yang ditambah dengan air putih, lalu dengan menggunakan batang rotam kecil yang pada ujungnya dibelah empat.

3. Busana Pengantin Pria

Busana pengantin pria di sebut Babu Nggawi Langgai.

Umumnya jenis perlengkapan untuk pengantin pria lebih sederhana. Babu Nggawi Langgai ini meliputi tata busana pengantin pria yang terdiri atas bagian-bagiannya sebagai berikut.

–          Babu Kandiu

Babu Kandiu ini adalah baju yang berkerah berdiri dengan lengan panjang dan bagian depannya terbuka. Pada bagian sekitar leher dan belahan baju depan diberi hiasan-hiasan yang berwarna keemasan, demikian juga pada lengan

–          Saluaro ala

Saluaro ala adalah celana panjang yang pada bagian bawah (kaki) kiri kanan dibelah kira-kira 10-15 cm sedang pada sekitar pinggiran dipasangkan hiasan yang sama dengan hiasan baju tadi.

–          Lipa Mbineulu

Lipa Mbineulu ini adalah sekarang motif khusus pada umumnya warna dasarnya hitan bergajris merah.

–          Sulepe atau Salupi

Sulepe atau salupi ini adalah ikat pinggang yang terdiri dari logam sepuhan emas, tetapi untuk masa sekarang ini orang cenderung membuat dari bahan baju yang sama dengan sulepe tersebut, kemudian diberi hiasan manik yang serupa dengan baju.

–          Pabele

Pabele atau destar yang terbuat dari bahan yang sama dengan celana dan baju tadi. Bentuknya pada bagian depan ujung atas atau puncaknya kelihatan runcing.

Sekeliling pinggir pabele dan pada bagian lainnya diberi hiasan benang-benang emas dan manik-manik.

–          Sapu Ndobo Mungai

Sapu Ndobo Mungai sejenis sapu tangan berwarna cerah yang diserasikan dengan warna baju pengantin pria, untuk hiasan keris.

–          Leko atau Keris.

–          Solopu Longgai atau Selof (khusus untuk Pria).

Cara pemakaian baju dan celana sama seperti pada umumnya pengantin pria, hanya memakai sarung (Lipa Mbineulu) yaitu dililit pada pinggang membalut celana dan pinggir sarung berada di atas lutut.

Sedang baju pria berada di atas sarung.

Pada pinggang di pasang sulepe kemudian keris/leko diselipkan di pinggang bagian depan. Ujung keris dililitkan (diikatkan) sapu ndobo wungai (sapu tangan).

Pada umumnya bahan pakaian wanita dan pria ini selalu sama  yaitu terbuat dari bahan beledu atau bahan-bahan lainnya kemudian accessories yang dipakai untuk wanita maupun pria biasanya terbuat dari perak sepuhan emas. Hal ini tergantung dari status sosial ataupun kemampuan masing-masing. Dahulu untuk kaum Anakia (bangsawan) biasanya terbuat dari emas sedangkan untuk orang kebanyakan terbuat dari perak sepuhan.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

LULO SEBAGAI KEARIFAN LOKAL BUDAYA TOLAKI

KAIN TENUN SULAWESI TENGGARA