Postingan

Menampilkan postingan dari Oktober, 2021

PAKAIAN ADAT SUKU TOLAKI

Gambar
  PAKAIAN ADAT SUKU TOLAKI  Sejak dahulu masyarakat Tolaki telah membuat bahan pakaian yang disebut “Kinawo” artinya bahan pakaian yang terbuat dari kulit kayu. Proses pembuatan Kinawo ini dilakukan dengan cara yang masih sangat sederhana yaitu dengan cara mengambil kulit kayu tersebut yang disebut kayu Usongi, Dalisi, Otipulu, dan wehuka, kemudian dikuliti lalu kulit kayu tersebut direbus dengan abu dapur. Selanjutnya direndam sehari, setelah cukup lembut, kemudian dipukul –pukul pada kayu bulat besar dengan batu segi empat yang pilih hingga menjadi tipis dan lebar. Proses ini disebut “Monggawo” artinya membuat Kinawo (bahan pakaian). Apabila ditelusuri proses terciptanya bentuk (model) pakaian adat masyarakat Tolaki, dapat disimpulkan bahwa baju Kinawo itulah yang menjadi dasar yang dipakai dalam menciptakan bentuk baju (model) untuk kurun waktu selanjutnya terutama pada model baju wanita hingga saat ini. Melalui tahapan perkembangan zaman, mulai lah dikenal tekstil sebagai bahan yan

TAMAN KOTA KENDARI (TAMKOT) SEBAGAI TEMPAT MULTIFUNGSI BAGI MASYARAKAT KOTA KENDARI

Gambar
 TAMAN KOTA KENDARI (TAMKOT) SEBAGAI TEMPAT MULTIFUNGSI BAGI MASYARAKAT KOTA KENDARI Pemerintah Kota Kendari berencana untuk mengganti nama Taman Kota Kendari menjadi  Taman Kalosara . Nama yang spesifik ini dibarengi dengan pembangunan dan penataan taman menjadi lebih ramah wisatawan. Taman kota yang merupakan ruang terbuka hijau tersebut hampir setiap hari dikunjungi masyarakat. Terutama di akhir pekan, aktivitas taman kota dan sekitarnya selalu dipadati ribuan wisatawan. Mulai dari rekreasi santai bersama keluarga, berolahraga, belajar, hingga berburu sajian kudapan.   Rekreasi Santai di Taman Kota Kendari Taman Kota ini telah menjadi tempat alternatif untuk berekreasi. Di sore hari, taman ini ramai dikunjungi untuk jalan-jalan santai bersama keluarga. Taman ini memiliki meja dan kursi yang dibangun permanen sebagai tempat bersantai bagi wisatawan. Anak-anak dan remaja pun menjadikan lokasi ini sebagai tempat  hang out  andalan mereka.                  Menikmati Suasana Sejukn

SINONGGI SEBAGAI MAKANAN KHAS SULAWESI TENGGARA

Gambar
SINONGGI SEBAGAI MAKANAN KHAS SULAWESI TENGGARA Sinonggi  adalah makanan khas s uku Tolaki  dari Sulawesi Tenggara,  Indonesia , yang terbuat dari pati sari sagu.  Suku Tolaki memiliki tradisi menyantap sinonggi bersama-sama yang disebut  mosonggi . Bagi Suku Tolaki, sinonggi merupakan makanan pokok yang kini telah mengalami pergeseran makna dan bersaing dengan nasi. Sinonggi adalah makanan pokok  s uku Tolaki    yang terbuat dari pati sari sagu.  Di Sulawesi Selatan,  masakan yang serupa dikenal dengan nama kapurung  dan di K epulauan Maluku  disebut papeda . Meski masakan-masakan tersebut memiliki kemiripan bahan, cara penyajiannya berbeda. Untuk  sinonggi , tepung sagu yang sudah dimasak tidak dicampurkan dengan sayur, kuah ikan, sambal (" dabu-dabu "), atau bumbu lainnya, tetapi tergantung selera masing-masing. Bagi suku Tolaki, sinonggi dahulu merupakan makanan pokok, tetapi saat ini telah menjadi makanan sekunder pengganti beras  pada masa paceklik. Walaupun merupakan m

KAIN TENUN SULAWESI TENGGARA

Gambar
KAIN TENUN SULAWESI TENGGARA Fenomena pakaian adat atau kain tenun ( babu sara ) dan kecenderungan penggunaan pakaian adat (khusus Tolaki) merebak di Sulawesi Tenggara, tidak ketinggalan suku bangsa Tolaki di daerah Kabupaten Konawe, Kota Kendari, Konawe Selatan dan Konawe Utara. Bahkan setiap pertemuan acara resmi pemerintah, lembaga adat, atau kegiatan adat lainnya para pemakainya dengan bangga dan diwajibkan menggunakan pakaian adat. Guna memperkenalkan pakaian adat Tolaki, bahkan telah diadakan promosi oleh pemerintah Provinsi Sulawesi Tenggara bukan hanya tingkat daerah, nasional bahkan keluar negeri atau mancanegara oleh Ketua Dekranas Sultra Sejarah   Secara historis, tenun tradisional yang berkembang di Sulawesi Tenggara diperkirakan berawal di Buton. Tenun tradisional di daerah ini diperkirakan sudah ada sejak abad XVI, pada masa pemerintahan Sultan Dayanu Ikhsanuddin, sultan Buton yang memerintah pada tahun 1578 – 1615. Pada awalnya, keterampilan menenun hanya berkembang di l

LULO SEBAGAI KEARIFAN LOKAL BUDAYA TOLAKI

Gambar
  LULO SEBAGAI KEARIFAN LOKAL BUDAYA TOLAKI Filosofi Tari Lulo         Sulawesi Tenggara dihuni oleh beberapa etnis, diantaranya suku Tolaki, Moronene, Buton, Muna, dan Wawonii. Setiap suku ini memiliki perbedaan bentuk tari. Salah satu tari yang identik dengan daerah Sulawesi Tenggara adalah Molulo atau Tari Lulo. Tari Lulo merupakan salah satu bentuk tari yang berasal dari suku Tolaki. Suku yang mendiami wilayah daratan Sulawesi Tenggara, yakni Kota Kendari, Kabupaten Konawe, Kabupaten Kolaka, Kabupaten Konawe Selatan, Kabupaten Konawe Utara, kabupaten Kolaka Timur, dan Kabupaten Konawe Kepulauan.         Kata Lulo secara etimologi berasal dari bahasa Tolaki, molulowi yang berarti menginjak-injak yaitu sesuatu pekerjaan memisahkan bulir-bulir padi dari tangkainya. Molulowi juga berarti pekerjaan menginjak-injak padi ( wine ), sehingga muncul kata Lulo. Lulo berasal dari kata molulo yang terdiri dari awalan mo dan kata dasar lulo . Awalam mo berarti melakukan suatu pekerjaan dengan